Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Kamis, 22 Oktober 2009

Transaksi Bisnis Melalui Mobile Payment

BERTAMBAHNYA jumlah pengguna telepon seluler (ponsel) menuntut adanya inovasi teknologi yang mampu memudahkan pengguna dalam menjalankan aktivitasnya, termasuk transaksi perdagangan yang makin marak.


Solusi baru kini coba dikembangkan dalam melakukan fungsi penggantian cara transaksi untuk menunjang aktivitas bisnis. Solusi baru ini melibatkan teknologi ponsel sebagai sarana untuk bertransaksi. Ponsel ini akan diposisikan sebagai tools yang bekerja menggantikan uang fisik atau kartu kredit.

Hasilnya, kini ponsel sudah bisa dimanfaatkan untuk transaksi jual-beli, baik micropayment serta macropayment. Keterlibatan ponsel dalam bidang ini dikenal sebagai mobile payment.

Mobile payment adalah pembayaran bagi barang / jasa menggunakan perangkat bergerak seperti telepon genggam atau PDA.

Pembayaran seperti ini bisa merujuk pada pembayaran menggunakan pulsa HP atau pembayaran menggunakan ponsel yang bisa berkomunikasi dengan perangkat tujuan, memanfaatkan teknologi nirkabel seperti near field communication atau melalui SMS.

Bahkan saat ini, industri perbankan kini mulai diramaikan oleh teknologi telekomunikasi. Melalui ponsel dan nilai rupiah yang ada di dalamnya, Anda dapat melakukan transaksi, meski belum semua tempat bisa mengaplikasikan sistem ini.

Kelanjutan e-Payment Mobile payment bisa disebut sebagai generasi kelanjutan dari e-payment yang sebagian dari kita pernah melakukannya, baik melalui kartu debet ataupun kredit. Intinya adalah sebuah transaksi yang tetap bisa dilanjutkan dengan sistem pembayaran nontunai.

Biasanya mobile payment biasanya memanfaatkan teknologi m-banking (mobile banking) yang juga mendukung pola bertransaksi secara elektronik.

Uniknya, semua proses itu terkoneksi dengan rekening orang tersebut di suatu bank. Jadi, jika seseorang tak punya rekening bank atau tak merelasikan ponselnya dengan sistem bank, jelas tidak dapat melakukan m-banking.

Selama validasi data m-banking sesuai dengan data di rekeningnya, seseorang dapat melakukan transaksi melalui ponsel maupun PDA.

Implementasi mobile payment pertama kali dilakukan oleh operator Thailand sekitar tahun 2005. Di Korea, moda transportasi kereta api juga memanfaatkan jasa operator telekomunikasi ini untuk melakukan debet langsung, atau pengurangan nilai pulsa pelanggan, sebagai transaksi nontunai dalam pembelian tiket KA.

Hanya dengan mendekatkan ponsel ke sebuah reader, lalu done, pelanggan operator bisa menikmati perjalanan dengan kereta api. Sangat simpel!

Bagaimana di Indonesia? Seberapa besar peluang mobile payment dan seberapa akuratkah? Pertanyaan ini mengemuka, karena mobile payment relatif baru di Indonesia. Tentu peluang itu sangat besar. Semua pihak bisa mendapatkan nilai lebih dari layanan operator ini.

Pelanggan tentu menjadi target utama dalam layanan ini. Sejumlah merchant yang bekerja sama dengan operator dalam penyelenggaraan layanan mobile payment pun pasti mendapat keuntungan.

Perlu Edukasi Pekerjaan rumah yang mesti diperhatikan operator agar layanan ini menjadi primadona yaitu memperluas merchant-merchant atau tempat-tempat yang diajak kerja sama dalam melakukan proses mobile payment tersebut.

Selain itu, diperlukan edukasi kepada masyarakat mengenai kegunaan sistem transaksi nontunai ini. Dan yang terpenting adalah payung hukum, demi kenyamanan dan keamanan proses transaksi.

Membeludaknya jumlah pengguna ponsel di negeri ini memang menjanjikan agar platform teknologi mobile payment berjalan sukses. Terlebih lagi contoh-contoh di luar negeri senantiasa sukses menjalankan pola transaksi nontunai melalui ponsel.

Tentu peluang besar ini akan sia-sia jika penyelanggara berlaku pasif. Ada tiga hal penting yang mesti dilakukan para penyelenggara agar layanan mobile payment bisa sukses. Pertama, edukasi layanan. Ini sangat penting untuk mengenalkan masyarakat kepada mobile payment.

Maklum, selama ini kita sudah terbiasa menggunakan uang fisik, dan masih belum percaya pada transaksi virtual seperti mobile payment. Dengan edukasi intensif, maka akan muncul kepercayaan pengguna.

Kedua, para penyelenggara mobile payment harus memperluas jalinan kerja sama dengan banyak pihak, terutama merchant atau bank. Tanpa dukungan jaringan yang kuat, mobile payment jelas tak akan banyak digunakan.

Ketiga, teknologi dan jenis layanan. Saat ini teknologi yang digunakan mobile payment di sebagian besar negara adalah SMS.

Meski begitu, penggunaan SMS masih dirasa kurang praktis untuk transaksi mobile payment. Nah, kehadiran teknologi-teknologi baru tentunya diharapkan merubah persoalan ini.